HomeCEBIZONE

Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025: Tantangan dan Harapan

XYZonemedia.com - Pemerintah Indonesia telah menetapkan kerangka ekonomi makro untuk tahun 2025, dengan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesa

Rencana CIA untuk Meracuni Fidel Castro dengan Es Krim Gagal
Misteri Logo Starbucks: Apakah Benar Ada Kekuatan Mistis di Baliknya?
Tommy Hilfiger; Strategi Marketing Gila yang Mengubah Sejarah Mode

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025

XYZonemedia.com – Pemerintah Indonesia telah menetapkan kerangka ekonomi makro untuk tahun 2025, dengan target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 hingga 5,6%. Target ini mencerminkan akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dalam perencanaan ini, pemerintah telah menetapkan asumsi makro termasuk laju inflasi dan nilai tukar Rupiah.

Asumsi Dasar Makro Ekonomi 2025

Pemerintah menyusun asumsi dasar makro untuk Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Asumsi ini meliputi pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, dan nilai tukar Rupiah. Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa pemerintah mematok pertumbuhan pada kisaran 5,3 hingga 5,6%. “Hal ini sejalan dengan tema Rencana Kerja Pemerintah 2025 yakni akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya. Amalia juga menambahkan bahwa target pertumbuhan ekonomi tahun depan lebih tinggi dibanding tahun ini, sesuai dengan tujuan pemerintah agar ekonomi Indonesia tumbuh lebih cepat di tahun 2025 dibandingkan 2023.

Namun, perlu diingat bahwa rancangan anggaran ini akan dijalankan oleh pemerintahan baru pasca masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo berakhir pada Oktober 2024.

Defisit Anggaran Diturunkan

Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Suharso Monoarfa, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk menurunkan defisit anggaran 2025 ke kisaran 1,5% hingga 1,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Defisit yang lebih rendah dibutuhkan agar pemerintahan baru memiliki ruang fiskal yang lebih luas,” kata Suharso. Ini berbanding terbalik dengan angka defisit yang ditetapkan pemerintah dalam kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal 2025 yang mencapai 2,45% hingga 2,82% dari PDB.

Menurut Suharso, defisit yang lebih rendah akan memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi pemerintahan baru untuk menyempurnakan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan APBN pada tahun pertama pemerintahannya melalui mekanisme perubahan APBN-P.

Perspektif Direktur Eksekutif Indef

Esther Sri Astuti, Direktur Eksekutif INDEF, menilai bahwa target pertumbuhan sebesar 5,3% hingga 5,6% untuk tahun 2025 cukup moderat. “Tren data pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun berkisar di angka 5%. Jadi, target ini InsyaAllah tercapai,” katanya. Namun, Esther menekankan bahwa diperlukan upaya lebih untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk mengaktifkan mesin-mesin pertumbuhan ekonomi lainnya selain konsumsi rumah tangga.

Esther menyarankan agar pemerintah mendorong investasi dan ekspor lebih banyak serta meningkatkan belanja pemerintah jika pendapatan negara meningkat. “Dengan begitu, mesin pertumbuhan ekonomi akan lengkap dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat,” tambahnya.

Tantangan dan Strategi

Esther juga menyoroti pentingnya alokasi anggaran yang tepat, khususnya pada program-program yang memiliki dampak multiplikasi besar, seperti sektor pendidikan. “Tidak ada negara yang maju tanpa membangun sumber daya manusia,” tegasnya. Ia juga menekankan perlunya efisiensi dalam program-program yang ada serta memperkuat fundamental ekonomi nasional.

Dalam menghadapi tantangan global, Esther, yang juga dosen FEB Universitas Diponegoro ini menyarankan agar Indonesia mengembangkan kawasan ekonomi khusus yang terintegrasi dengan fasilitas logistik seperti pelabuhan laut dan bandara. “Ini akan membuat gerak industri lebih cepat dan mendorong ekonomi,” katanya. Ia juga menggarisbawahi perlunya perjanjian perdagangan dengan negara-negara tujuan ekspor untuk meminimalkan tarif tinggi dan hambatan non-tarif.

Optimisme dan Harapan

Meskipun terdapat berbagai tantangan, Esther tetap optimis bahwa dengan kebijakan yang tepat dan implementasi yang baik, target pertumbuhan 2025 dapat tercapai. “Kita harus dorong produk-produk unggulan berdasarkan pasar dan memberikan insentif kepada industri untuk memacu ekspor,” pungkasnya.

Kerangka ekonomi makro dan RAPBN 2025 yang telah disusun diharapkan dapat menyesuaikan dengan kondisi pemerintahan yang baru nantinya, tanpa adanya perubahan signifikan yang dapat menghambat pelaksanaan anggaran tersebut. ***

COMMENTS

WORDPRESS: 0