Tanggapan Istana Soal Presidential Club Usulan Prabowo

HomePolitik

Tanggapan Istana Soal Presidential Club Usulan Prabowo

XYZonemedia.com -  Istana Kepresidenan menanggapi usulan Prabowo Subianto terkait pembentukan presidential club yang akan diisi mantan presiden RI yan

Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Menyatakan Penghargaan pada Proses Terbuka dan Transparan MK
Prabowo Subianto Perkuat Diplomasi Pertahanan dengan UEA, Terima “Medali Zayed”
Prabowo Subianto Janjikan Kesejahteraan untuk Seluruh Indonesia di Rakornas PAN

XYZonemedia.com –  Istana Kepresidenan menanggapi usulan Prabowo Subianto terkait pembentukan presidential club yang akan diisi mantan presiden RI yang masih hidup.

Koordinator Staf Khusus Presiden RI, Ari Dwipayana, menegaskan pentingnya seorang presiden untuk terus bersilaturahmi dengan semua mantan presiden.

“Yang telah dilakukan Presiden Joko Widodo selama ini adalah menjaga silaturahmi dengan para mantan presiden, mantan Wakil Presiden, dan tokoh-tokoh bangsa lainnya,” ungkap Ari. “Ada atau tidak adanya presidential club, presiden dan semua mantan presiden sangat penting untuk bersilaturahmi. Yang pastinya, silaturahmi akan bermanfaat untuk kemajuan bangsa dan negara.”

Sementara itu, Juru Bicara Presiden Terpilih RI Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengungkapkan alasan Prabowo ingin membentuk presidensial club. Menurut Dahnil, hal ini agar para mantan presiden bisa tetap rutin bertemu dan berdiskusi tentang masalah-masalah strategis kebangsaan.

“Harapannya, para pemimpin di Indonesia bisa kompak dan rukun untuk turut berpikir dan bekerja bagi kepentingan rakyat, terlepas dari perbedaan pandangan maupun sikap politik mereka,” ujar Dahnil.

Sementara itu, Made Supriatma, Peneliti ISEAS seperti yang dikutip pada percakapan di salah satu stasiun TV nasional (4/5) mengatakan bahwa secara politik itu akan sulit sekali diwujudkan. Banyak orang di Indonesia mengatakan bahwa ini seperti meniru di Amerika yang tidak pernah ada yang namanya presidential club.

“Orang seperti George Bush tidak akan pernah bisa bicara dengan Barack Obama, apalagi kemudian memberikan saran. Demokrat dan Republikan, sangat berbeda visinya. Satu konservatif, satu liberal. Kebijakannya sangat berbeda. Dan salah satu, siapa yang menang, dia yang akan mengerjakan kebijakan utamanya.”

Perbedaan visi antara kubu politik di Amerika Serikat memang terlihat jelas. Partai Demokrat dan Partai Republik memiliki pandangan yang berseberangan dalam banyak isu, baik konservatif maupun liberal.

“Saya kira yang paling penting yang kita mungkin bisa belajar dari politik Amerika adalah check and balance. Ya, ada orang yang di luar yang punya visi berbeda,” imbuh Made lebih lanjut. “Nah, ini yang kita… saya enggak tahu apakah Pak Prabowo bisa mengidealkan, orang yang punya visi berbeda.”

Dalam sistem politik Amerika, mekanisme check and balance atau saling mengawasi dan mengimbangi antara lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif menjadi kunci penting.

Adanya pihak oposisi dengan visi berbeda dapat menjaga keseimbangan dan mengawasi kebijakan pemerintah.

Meski demikian, hubungan para mantan Presiden memiliki dinamika tersendiri. Hubungan Presiden Jokowi dengan Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sempat renggang sebelum bergabungnya Putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, ke dalam Kabinet Indonesia Maju.

SBY bahkan sering absen pada acara-acara kenegaraan. Namun, kini hubungan Jokowi dengan Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri, yang justru renggang akibat dinamika politik Pilpres 2024.

PDIP bahkan menyebut Jokowi sudah tidak lagi menjadi kader PDIP, partai yang mengusungnya menjadi kepala negara dua periode. ***

COMMENTS

WORDPRESS: 0