HomeCEBIZONE

PHK Massal Menghantam Dunia Kerja di Indonesia

XYZonemedia.com - Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, Mirah Sumirat, mengungkapkan bahwa gelombang Pemutusan Hubungan Kerja  atau PHK Mas

Bank of Japan Naikkan Suku Bunga Juli Jika Data Ekonomi Mendukung
Tarif Ekspor Kendaraan Listrik: Uni Eropa dan China Berseteru
Boeing Meminta Maaf kepada Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat

Gelombang PHK Massal Menghantui

XYZonemedia.com – Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia, Mirah Sumirat, mengungkapkan bahwa gelombang Pemutusan Hubungan Kerja  atau PHK Massal diperkirakan masih akan terjadi tahun ini akibat melemahnya nilai tukar Rupiah, yang menyebabkan kelesuan di berbagai sektor industri.

Dunia Usaha Lesu

Dunia usaha saat ini mengalami kelesuan yang signifikan, terutama karena banyak industri dalam negeri masih bergantung pada bahan baku impor. PHK telah mempengaruhi pekerja di sektor keamanan atau Satpam, telekomunikasi, perbankan, dan jalan tol. Kondisi ini diperparah oleh perusahaan yang diduga akan semakin banyak menerapkan program pensiun dini untuk memangkas jumlah karyawan. Program ini tidak selalu tercatat di Dinas Tenaga Kerja atau Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker).

Data PHK Meningkat

Menurut data Kemenaker, sebanyak 27.719 pekerja telah terkena PHK dari Januari hingga 19 Juni 2024. Angka ini mencakup berbagai sektor, termasuk industri tekstil, garmen, alas kaki, dan penyamakan kulit. Jumlah ini belum termasuk pekerja dari platform Tokopedia dan TikTok Shop yang juga bakal mengalami PHK. Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Kemenaker, Indah Anggoro Putri, menyatakan bahwa total pekerja yang terkena PHK hingga akhir 2024 bisa lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Sepanjang 2023, tercatat sekitar 60.000 pekerja terkena PHK.

Tekanan pada Industri Tekstil

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies, Bima Yudhistira, menjelaskan bahwa industri tekstil dan pakaian jadi hanya tumbuh sebesar 2,6% pada triwulan pertama 2024. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan industri pengolahan nonmigas yang mencapai 4,6%. Meskipun tidak mengalami pertumbuhan negatif, performa industri tekstil dan pakaian jadi yang rendah membuat pekerjanya rentan terkena PHK massal.

Dampak Global PHK

Gelombang PHK ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga secara global. Deputi Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional (ILO), Celeste Drake, menyatakan bahwa pemulihan pasar kerja global dari efek pandemi COVID-19 tidak merata. Dalam laporan riset 2024 ILO, diproyeksikan bahwa tingkat pengangguran global tahun 2024 dan 2025 hanya turun tipis dari 5% pada 2023 menjadi 4,9%.

Penyebab Utama PHK

Mirah Sumirat menjelaskan bahwa penyebab utama PHK di Indonesia adalah melemahnya nilai tukar Rupiah yang berdampak langsung pada biaya produksi industri dalam negeri. Sektor yang paling terdampak adalah industri yang sangat bergantung pada bahan baku impor. Selain itu, banyak perusahaan yang lebih memilih program pensiun dini sebagai solusi mengurangi biaya operasional tanpa harus melaporkannya ke dinas terkait.

Proyeksi Masa Depan

Indah Anggoro Putri optimis bahwa jumlah pekerja yang terkena PHK tahun ini bisa lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Namun, hal ini masih tergantung pada berbagai faktor, termasuk kebijakan pemerintah dalam menstabilkan nilai tukar Rupiah dan upaya perusahaan dalam mengelola biaya produksi. Sementara itu, Bima Yudhistira menekankan pentingnya dukungan pemerintah terhadap sektor industri yang terdampak untuk mengurangi risiko PHK massal.

Tantangan bagi Pekerja

Para pekerja di sektor-sektor yang rentan terkena PHK perlu waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terburuk. Dukungan dari serikat pekerja dan kebijakan pemerintah yang berpihak pada tenaga kerja sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari gelombang PHK yang diprediksi akan terus berlanjut. ***

COMMENTS

WORDPRESS: 0