HomeCEBIZONE

Pemimpin Dunia yang Semakin Menua: Dampaknya pada Kebijakan dan Keterlibatan Politik

XYZonemedia.com - Pada tahun 2024, pemimpin dunia di banyak negara dengan populasi terbesar di dunia, berusia di atas 70 tahun, berbeda dengan sat

Indonesia Sustainable Procurement Expo 2024: Mendorong Keberlanjutan dengan Pengadaan Berkelanjutan
Target Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025: Tantangan dan Harapan
Ekonomi Global Meredup di 2024, Kenapa?

Ilustrasi Para Pemimpin Dunia yang Menua

XYZonemedia.com – Pada tahun 2024, pemimpin dunia di banyak negara dengan populasi terbesar di dunia, berusia di atas 70 tahun, berbeda dengan satu dekade lalu ketika hanya satu negara yang dipimpin oleh pemimpin seusia itu. Para Pemimpin dunia itu ironisnya memimpin mayoritas penduduk muda.

Usia Pemimpin dan Populasi

Saat ini, lebih dari separuh populasi dunia tinggal di negara yang dipimpin oleh orang berusia di atas 70 tahun. Rata-rata usia para pemimpin dunia adalah 62 tahun, dengan sebagian besar berada di usia 50-an dan 60-an. Kesenjangan usia antara pemimpin dan populasi lebih terlihat di wilayah tertentu, seperti Sub-Sahara Afrika, di mana populasi semakin muda tetapi pemimpin tetap yang tertua di dunia. Misalnya, Paul Biya dari Kamerun yang berusia 91 tahun telah berkuasa lebih dari 40 tahun. Namun, ada pengecualian di beberapa negara seperti di Eropa, di mana populasi lebih tua tetapi politisinya tidak.

Pemimpin Muda dan Sistem Partai yang Kuat

Di negara-negara dengan sistem partai yang kuat, perekrutan pemimpin muda lebih aktif. Amerika Serikat, misalnya, menghadapi kekhawatiran terkait usia dalam siklus pemilihan. Pada pemilihan 2024, Presiden Joe Biden dan Donald Trump akan menjadi kandidat tertua dalam sejarah AS. Tren usia presiden AS terus meningkat dalam satu abad terakhir. Pada tahun 2021, Kongres AS menjadi yang tertua dalam sejarah. Penting bagi legitimasi demokrasi bahwa politisi terlihat mencerminkan dan mewakili pemilih mereka. Namun, representasi tersebut timpang dalam hal usia. 39% pemilih Amerika berusia di bawah 40 tahun, tetapi hanya 8,3% anggota DPR AS yang berusia di bawah 40 tahun, turun dari 22% pada tahun 1981. Tren usia anggota legislatif di seluruh dunia juga meningkat dalam beberapa dekade terakhir.

Alasan di Balik Tren Ini

Ada beberapa alasan mengapa tren ini terjadi. Salah satunya adalah teknologi medis yang semakin baik dan tersebar luas. Kenaikan otokrasi global juga mempengaruhi usia pemimpin. Dua pemimpin negara terpadat, Vladimir Putin dan Xi Jinping, telah memperkuat kekuasaan mereka di Rusia dan China. 35% populasi dunia hidup di negara yang bergerak menuju otokrasi menurut institut riset V-Dem. Di negara non-otokrasi, sulit bagi kandidat muda untuk bersaing dalam pemilihan yang mahal. Pada tahun 2020, pemilihan AS paling mahal dengan biaya $14 miliar. Di banyak negara, individu harus mengumpulkan dana besar untuk bisa masuk ke kantor pemerintahan, seperti di Jepang dan Korea Selatan yang juga memiliki sedikit politisi muda.

Tantangan Bagi Kandidat Muda

Politikus karier membuat kandidat muda kesulitan mendapatkan kesempatan untuk mencalonkan diri. Di AS, tingkat pemilihan kembali petahana tidak pernah turun di bawah 85% di DPR. Petahana memiliki keunggulan di seluruh dunia. Sekali mendapatkan pijakan, mereka bisa bertahan lama. Namun, representasi politisi yang lebih tua bisa berarti kebijakan yang kurang relevan bagi kaum muda. Di seluruh dunia, partisipasi pemilih muda lebih rendah dibanding populasi pemilih lainnya. Dalam survei di 33 negara, 44% pemuda usia 18-29 selalu memilih, dibandingkan dengan 60% populasi umum. Meskipun demikian, ujung yang lebih muda dari pemilih tetap berharga bagi kandidat. Politisi di seluruh dunia berusaha menarik pemilih muda.

Upaya Menarik Pemilih Muda

Di Amerika Serikat, Joe Biden membuat akun TikTok dengan caption pertama “lol hey guys.” Di Indonesia, Prabowo Subianto, mantan jenderal dengan catatan kontroversial, mencoba menarik pemuda dengan berjoget dan populer dengan “Gemoy” yang kemudian menjadi viral. Para ilmuwan politik khawatir bahwa kurangnya pilihan pemimpin muda membuat pemilih muda kehilangan minat, yang bisa menyebabkan kebijakan yang tidak relevan bagi mereka. Kebijakan tentang pendidikan, pengangguran, dan pengasuhan anak seringkali lebih berdampak pada kaum muda. Di Jepang, walikota muda lebih mungkin meningkatkan pengeluaran untuk pengasuhan anak. Politisi muda cenderung lebih peduli pada masa depan, terutama di negara dengan populasi yang menua cepat dan tingkat kelahiran menurun.

Tantangan Teknologi dan Media Sosial

Kurangnya keragaman usia di meja pengambilan keputusan berarti hilangnya pengalaman langsung dengan teknologi yang berkembang pesat. Misalnya, dalam sidang dengan CEO Facebook, Mark Zuckerberg, ketidaktahuan tentang teknologi yang digunakan oleh anak-anak sangat terlihat. Tanpa keragaman usia, keputusan terkait teknologi mungkin tidak optimal. ***

COMMENTS

WORDPRESS: 0