Pejabat Eropa Murka! Aplikasi Pengganti WhatsApp Picu Kontroversi

HomeTECHNOLOGY

Pejabat Eropa Murka! Aplikasi Pengganti WhatsApp Picu Kontroversi

XYZonemedia.com - Pindah dari WhatsApp ke aplikasi alternatif seperti Telegram semakin populer, dengan pendirinya, Pavel Durov, mengklaim bahwa jumlah

Mengungkap Misteri Bahaya yang Tersembunyi di Balik Aplikasi VPN Gratis
Kemenkominfo Klarifikasi elaelo.id Bukan Aplikasi Pemerintah
Google Memungkinkan Pengguna Meminta Teman Membayar Langganan Aplikasi

XYZonemedia.com – Pindah dari WhatsApp ke aplikasi alternatif seperti Telegram semakin populer, dengan pendirinya, Pavel Durov, mengklaim bahwa jumlah pengguna Telegram akan mencapai 1 miliar. Namun, tidak semua orang menyukai Telegram.

Telegram dituding menjadi senjata utama bagi akun pro Rusia untuk menyebarkan disinformasi dan hoaks. Dengan tujuan untuk mengurangi dukungan terhadap Ukraina.

Intelijen Rusia juga dituding merekrut orang di seluruh Eropa untuk melakukannya.

Salah satu kelebihan Telegram adalah kurangnya regulasi.

“Disinformasi menyebar secara bebas dan tidak diawasi di Telegram,” kata Perdana Menteri Estonia, Kaja Kallas, seperti yang dikutip dari Yahoo Finance.

Permintaan untuk menghapus konten tertentu di Telegram sering diabaikan, dengan penggunaan aplikasi oleh pihak pro-Rusia. Serta individu yang menyebar disinformasi karena kurangnya moderasi konten.

Mereka menekankan perlunya regulasi yang lebih ketat di Uni Eropa terhadap Telegram.

Namun, juru bicara Telegram menyatakan bahwa seruan untuk kekerasan dilarang di platform mereka, dan algoritma Telegram berbeda dari platform lain.

Mereka menyatakan bahwa Telegram bukanlah platform efektif untuk menyebar disinformasi karena tidak menggunakan algoritma. Yakni untuk mempromosikan konten sensasional kepada pengguna.

Meskipun begitu, hubungan antara Rusia dan Telegram tidak selalu harmonis. Pada tahun 2018, pengadilan Rusia memerintahkan pemblokiran aplikasi tersebut.

Pendirinya, Pavel Durov, meninggalkan Rusia pada tahun 2014 dan sekarang berada di Uni Emirat Arab.

Durov menegaskan bahwa ia meninggalkan Rusia karena tidak ingin menerima perintah dari pemerintah mana pun.

Dia menyebut klaim bahwa Telegram dikendalikan oleh Rusia sebagai rumor palsu yang disebar oleh pesaing yang mengkhawatirkan pertumbuhan Telegram.

COMMENTS

WORDPRESS: 0