HomeENTERTAINTMENT

Lupus Bisa Menyerang di Segala Usia, Termasuk Anak-Anak

XYZonemedia.com - Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga bisa muncul pada anak-anak.

Keanu Belum Kasih Signal, Angelina Sondakh Terganjal Menikah Lagi
Lagi! Baim Wong Tampil Tanpa Paula di Momen Idul Adha, Spekulasi Rumah Tangganya Berseliweran
Kecewa, Sexy Goath Pilih Bongkar Bukti Perselingkuhan Istrinya dan Anji
anak-anak sedang diperiksa dokter pexels-jonathanborba-

Anak-anak sedang diperiksa dokter (Foto: pexels-jonathanborba)

XYZonemedia.com – Penyakit lupus atau systemic lupus erythematosus (SLE) tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga bisa muncul pada anak-anak.

Dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A, dokter spesialis anak di Rumah Sakit UI, menjelaskan bahwa meskipun jarang terjadi pada anak di bawah lima tahun, prevalensi lupus meningkat pada anak di atas usia 10 tahun.

“SLE ini bisa muncul di segala usia. Namun memang jarang sekali terjadi di bawah lima tahun.

 Biasanya prevalensi akan semakin meningkat ketika anak melebihi usia 10 tahun atau melewati masa dekade pertamanya.

 Sehingga pada anak, usia yang sering mengalami itu remaja,” kata Annisa seperti dikutip dari kantor berita Antara.

Gejala lupus pada anak-anak mirip dengan yang dialami orang dewasa, termasuk kelelahan, demam, perubahan berat badan, nyeri otot, dan pembesaran kelenjar.

Annisa menjelaskan, “Gejala spesifik organnya itu pada anak-anak biasanya gejala awalnya kok tiba-tiba bengkak di area ujung-ujung jari, pergelangan atau lutut. Kemudian kulit juga bisa timbul kemerahan di area pipi, sangat sensitif dengan sinar matahari, dan sariawan berulang juga termasuk yang sering pada anak.”

Baca juga : Cara Mengurangi Overthinking

Selain itu, anak-anak dengan lupus juga berisiko mengalami masalah ginjal. Menurut Annisa, sekitar 27 hingga 59 persen anak dengan lupus menunjukkan gejala masalah ginjal seperti urin berwarna coklat dan jumlah urin yang sedikit.

 “Kalau diperiksakan di laboratorium biasanya juga kita lihat adanya kebocoran protein dalam urin. Ini merupakan indikasi dilakukannya biopsi atau pemeriksaan lanjutan untuk melihat gambaran ginjal anak,” jelas Annisa.

Gejala neurologis juga sering ditemukan pada anak-anak yang menderita lupus. Anak-anak ini mungkin mengalami kesulitan konsentrasi, kebingungan, kehilangan memori, kecemasan, sakit kepala, kejang, kebas, dan kesemutan pada tangan dan kaki.

 “Mata juga termasuk gejala yang sering pada anak. Biasanya ditemukan mata kering yang mudah diidentifikasi. Kemudian kita juga sering temui gejala hematologi. Jadi anaknya ini tampak pucat, gampang memar, terus bintik-bintik merah,” tambah Annisa.

Baca juga : Sandra Dewi Hapus Medsos Pasca Ditangkapnya Suami oleh KPK

Jika anak mengalami gejala-gejala tersebut, Annisa mengimbau para orang tua untuk segera membawa anaknya ke dokter spesialis alergi dan imunologi atau ke dokter anak umum.

 “Dari dokternya itu biasanya minimal 4 dari 11 kriteria positif menunjukkan 96 persen sensitivitas dan 96 persen spesifisitas untuk mendiagnosis SLE.

Meskipun diagnosis ini sangat sulit, butuh waktu. Tapi dengan gejala yang semakin sering atau semakin nyata terlihat itu bisa diidentifikasi cepat untuk mendapatkan pengobatan,” tutur Annisa.

Pengobatan lupus memerlukan pemantauan jangka panjang yang komprehensif dan disiplin. Annisa menekankan pentingnya kesabaran dalam mengikuti program pengobatan yang dianjurkan.

“Jika anak menderita lupus, karena ini pengobatan jangka panjang kemudian mengalami kerusakan berbagai organ, jadi kita pemantauannya itu harus komprehensif dan disiplin. Jadi harus sabar sebagai orang tua atau anaknya mengikuti program atau tata laksana yang sudah dianjurkan,” saran Annisa.***

COMMENTS

WORDPRESS: 0