HomeUncategorized

Legenda Nyong Ambon: Komodor Leo Wattimena, Sang Penerbang Gila dengan Manuver Memukau

XYZonemedia.com -  Leo Wattimena, yang dikenal sebagai Nyong Ambon, selalu dikenang dalam sejarah angkatan udara Indonesia. Banyak yang mengenalny

Manchester United Gagalkan Ambisi Manchester City di Final Piala FA
Jeremy Teti Memutuskan Untuk Menjual Rumahnya Yang Penuh Kenangan
Tips Untuk Menurunkan Darah Tinggi Dengan Cepat
leo wattimena (Foto palette.fm}

Leo wattimena dikenal sebagai penerbang gila karena manuve(Foto palette.fm}

XYZonemedia.com –  Leo Wattimena, yang dikenal sebagai Nyong Ambon, selalu dikenang dalam sejarah angkatan udara Indonesia. Banyak yang mengenalnya sebagai penerbang gila karena manuver-manuver beraninya. Watimena mengukir prestasi gemilang di era Orde Lama dan Orde Baru, menjadikannya legenda.

Marsekal Muda TNI Anumerta Leonardus Willem Johannes Wattimena, atau Komodor Leo Wattimena, mengukir reputasi dan prestasi hebat sebagai seorang pilot tempur dari Maluku dalam sejarah angkatan udara Indonesia.

Beliau lahir pada Lahir pada tanggal 9 Juli 1927 di Singkawang, Kalimantan Barat, telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan meski meninggal di usia muda, 48 tahun.

Wattimena, yang merupakan teman dari mantan Menteri Perhubungan era Soeharto, Roesmin Nuriyadin, dikenal sebagai salah satu perwira penerbang legendaris di matra udara TNI. Beberapa rekannya bahkan mencapai posisi Kepala Staf TNI Angkatan Udara dengan pangkat Jenderal bintang empat.

Baca juga :Ekspansi Saintio NFT Marketplace ke Real World Collection, Memperluas Kesempatan bagi Kreator dan Kolektor

Karir Leo Wattimena

Perjalanan karir Leo Wattimena dimulai ketika ia dikirim sebagai salah satu kadet penerbang pada awal kemerdekaan Indonesia untuk mengikuti pendidikan di California, Amerika Serikat, pada tahun 1950. Bersama sekitar 60 kadet lainnya, Wattimena menjalani pendidikan di Transocean Airlines Oakland Airport (TALOA). Prestasi gemilangnya sebagai lulusan terbaik dari 45 kadet penerbang membuatnya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan instruktur selama enam bulan di Royal Air Force Inggris.

Di sana, Wattimena mendapatkan julukan “Gila” dari rekan-rekan penerbang asal India karena keberaniannya dalam melakukan berbagai manuver udara yang ekstrem. Julukan tersebut berasal dari kondisi “G-Force” yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran saat melakukan akrobatik di udara. Salah satu aksinya yang paling dikenang adalah ketika ia menerbangkan jet tempurnya di bawah kolong Jembatan Ampera, Palembang, serta menjadi penerbang AURI pertama yang mendarat di wilayah Irian Barat.

Baca juga :Saintio NFT Marketplace, Platform dan Showcase Terbaru untuk Para Kreator Pamer Karya

Presiden Soeharto Bikin Leo Wattimena Frustasi

Namun, perjalanan karir cemerlang Wattimena harus terhenti akibat tensi politik yang terjadi antara tahun 1965 hingga 1966. Pada masa peralihan kepemimpinan dari Orde Lama ke Orde Baru, Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad merasa terancam oleh Leo Wattimena melalui pesan telegram.

Setelah Soeharto naik menjadi presiden menggantikan Soekarno, karir Wattimena yang masih panjang terhenti. Pada usia 42 tahun, Wattimena diputuskan untuk menjadi Duta Besar RI di Italia, yang membuatnya frustasi dan akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari dinas aktif.

Selama karir militernya, Leo Wattimena memegang berbagai jabatan strategis seperti Pimpinan Armada Vampire Skuadron Udara 11 di Lanud Kemayoran, Instruktur Sekolah Penerbang Lanjutan di Kalijati, Wakil Panglima Komando Mandala, Panglima Komando Operasi AURI, Panglima Komando Pertahanan Udara, anggota MPRS, Deputi Operasi Menteri, hingga Duta Besar RI di Italia.

Rekan-rekan sekolah penerbangannya di Amerika dan Inggris kemudian banyak yang menjadi menteri dan jenderal penuh di era Orde Baru, sementara Wattimena hanya berpangkat Marsekal Muda ketika meninggal dunia pada tahun 1976.

Untuk mengenang jasa dan prestasinya, nama Leo Watimena diabadikan sebagai nama Pangkalan Udara di Pulau Morotai, Maluku Utara, dan juga sebagai nama jalan di kawasan Paso, Ambon. Prestasi dan keberaniannya tetap menjadi inspirasi bagi generasi penerbang dan prajurit TNI Angkatan Udara hingga saat ini. ***

COMMENTS

WORDPRESS: 0