HomePILIHAN_REDAKSI

All Eyes On Papua; Ketika Hutan Menjadi Pertaruhan

XYZonemedia.com - Setelah kampanye #AllEyesOnRafah muncul di internet, gerakan serupa #AllEyesOnPapua kini menarik perhatian. Pada 27 Mei, suku Aw

Tips and Trik Sehat Menikmati Daging Kurban di Hari Idul Adha
PSI Sebut Kaesang Politikus Muda Generasi Baru, Jadi Incaran Banyak Pihak
Hasil Toulon Cup 2024: Kalah Telak 0-4, Timnas Indonesia U-20 Akui Ketangguhan Panama U-23

All Eyes on Papua

XYZonemedia.com – Setelah kampanye #AllEyesOnRafah muncul di internet, gerakan serupa #AllEyesOnPapua kini menarik perhatian. Pada 27 Mei, suku Awyu dan Moi dari Papua menggelar aksi damai di depan gedung Mahkamah Agung, Jakarta.

Mereka menuntut agar izin perusahaan sawit yang merambah hutan adat mereka dibatalkan. Ini adalah harapan terakhir mereka setelah kalah di pengadilan Jayapura.

Konflik Hutan Adat

Dalam upaya mempertahankan hutan adat mereka, suku Awyu dan Moi berjuang keras melawan perusahaan sawit.

Hutan yang luasnya 36.000 hektar atau setara dengan setengah luas wilayah DKI Jakarta di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan, akan dibuka untuk perkebunan kelapa sawit oleh PT Indo Asiana Lestari (PT IAL).

Hutan ini adalah rumah bagi klan Woro, bagian dari suku Awyu, dan kehilangan hutan ini berarti kehilangan sumber air, makanan, dan budaya mereka.

Sebelumnya, mereka telah kalah dalam gugatan di pengadilan Jayapura, dan membawa isu ini ke Mahkamah Agung adalah langkah terakhir mereka.

Selain PT IAL, warga suku Awyu juga mengajukan kasasi terhadap PT KCP dan PT MJR, dua perusahaan lain yang berencana beroperasi di Boven Digoel.

Baca juga : Dito Ariotedjo Pastikan Pemain Naturalisasi Calvin Verdonk Siap Bertanding Lawan Filipina

Suara Rakyat Papua

Aksi damai di depan Mahkamah Agung adalah puncak dari perjuangan panjang suku Awyu dan Moi.

Mereka menempuh perjalanan 48 jam dari Papua ke Jakarta untuk menyuarakan penolakan terhadap pembukaan lahan sawit yang akan menghancurkan hutan adat mereka.

Hutan ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga sumber air, obat-obatan, dan pengetahuan budaya yang penting bagi mereka.

Yang membuat situasi semakin rumit adalah ketidaklibatan masyarakat lokal dalam sosialisasi perusahaan atau pemerintah setempat.

Mereka tidak diberi ruang untuk berargumen, dan akses mereka terhadap internet dan surat kabar sangat terbatas. Kurangnya dialog ini menambah beban psikologis dan sosial bagi masyarakat setempat.

Baca juga : Rindu, Vega Darwanti Kangen Bertemu Tukul Arwana, Comeback?

Dampak Ekologis dan Sosial

Pembukaan hutan oleh PT IAL dan PT SAS di Boven Digoel tidak hanya berdampak pada hilangnya tempat tinggal dan sumber penghidupan suku Awyu dan Moi, tetapi juga mengancam ekosistem dan budaya setempat.

Hutan yang menjadi rumah bagi mereka adalah sumber air, makanan, dan budaya yang tak tergantikan. Jika hutan ini hilang, suku Awyu dan Moi tidak akan memiliki tempat untuk pulang.

Selain itu, deforestasi besar-besaran ini diperkirakan akan memperburuk krisis iklim, baik di Indonesia maupun dunia. Greenpeace telah mengeluarkan petisi sebagai bentuk dukungan terhadap hutan Papua. Kehancuran hutan ini juga dikhawatirkan akan melepaskan emisi karbon yang signifikan, yang akan memperburuk perubahan iklim.

Baca juga : Review Film “Agak Laen” Terlaris Sepanjang Masa Viral, Tayang di Netflix

Kampanye #AllEyesOnPapua

Hashtag #AllEyesOnPapua telah menjadi trending di platform media sosial seperti Twitter dan Instagram, terutama setelah kampanye viral #AllEyesOnRafah.

Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang konflik hak atas tanah di Papua, khususnya tentang rencana deforestasi 36.000 hektar lahan oleh PT IAL untuk perkebunan kelapa sawit.

Kampanye ini telah mendapatkan perhatian besar di media sosial, dengan banyak netizen yang membagikan poster dan pesan solidaritas dengan komunitas adat.

Hashtag #AllEyesOnPapua menjadi topik trending dengan lebih dari 1,1 juta tampilan dan 47.000 likes dalam satu postingan. Kampanye ini juga memicu diskusi tentang pentingnya menjaga hak-hak adat dan dampak lingkungan dari deforestasi besar-besaran. ***

COMMENTS

WORDPRESS: 0